(sumber gambar google.com)
“Tanpa pikiran, kekuatan hanya besar saja”
(Victor Hugo)
Akal menjadikan manusia itu mulia, Mahfudz
Tejani mengatakan bahwa para ahli filsafat sepakat dengan "Al-insan
hayawan natiq", Manusia adalah hewan yang berfikir, dari situ pasti kita
sebagai manusia mampu menyimpulakan bahwasanya jika ada manusia yang berhenti
atau menghentikan suatu aktifitas berfikirnya bisa dipastikan seseorang itu
akan menjumpai masalah dalam dirinya, karena ia telah melawan apa yang menjadi
hakikat dari hewan yang berfikir itu sendiri. Sesekali akan merasakan sebuah
siksaan fikir,
‘’Bagaimana tidak’’ jika diibaratkan bahwa
akal kita seperti rambu – rambu
lalulitas kemudian rambu rambu itu terhenti apakah yang akan terjadi? “tak lain
pastilah kecelakaan lalu lintas”. Lalu apa yang harus dilakukan oleh seseorang
supaya tidak masuk dalam kubangan kejumudan dan kebuntuan?
Dalam
diskusi rutin Komisariat PMII
Jogorekso yang dipantik oleh sahabat Pandu Dwi Handika bertepatan di kampus
STAIA Syubbanul Wathon pada 02 Oktober 2019, ada hal – hal yang perlu di
perhatikan dalam menjaga akal dari kejumudan dan kebuntuan.
Pertama membaca buku, sumber pengetahuan ini tidak
mendadak muncul begitu saja di Zaman ini, melainkan sudah ada di masa – masa
sebelumnya. Dengan membaca akal akan melakukan aktifitas berfikir, untuk
menyimpulkan isi dalam bacaan tersebut.
Kedua melakukan dikusi, diskusi disini tidak harus
serta merta formil, namun lebih menekankan aktifitasnya darisitulah aktifitas –
aktifitas diskusi itu yang akan memnggerakkan akal kita untuk berfikir.
Ketiga review buku, mereview sebuah buku yang pernah
kit abaca ternyata mampu untuk melatih ingatan kita, dalam mereview itu kita
akan mengingat kembali kosakata – kosakata baru yang kita temukan dalam sebuah
bacaan atau buku.
Keempat peka sosial, pekasosial yang dimaksud disini kita hidup
dalam lingkungan akademik, kepekaan social yang harus ditekankan adalah
bagaimana kita mampu memposisikan diri kita sebagai mahasiswa dalam menyandang agent of change
apakah kita sebagai makhluk intelektual hanya akan, memandulkan begitu saja
keintelektualan itu.
Masih ada banyak cara untuk menjaga akal kita
dari kejumudan dan kebuntuan,yang saya paparkan dalam tulisan ini hanya
segelintir saja untuk itu yang terpenting adalah istikomah dalam berdialektika,
Sekian semoga bermanfaat.
Ilmu dan bakti
kuberikan
#Salampergerakan
Oleh : Sofian Sauri (Wakil Ketua
III PMII PK Jogorekso)
03 September 2019
0 komentar:
Posting Komentar