Minggu, 06 Oktober 2019

Menjaga akal dari kejumudan dan kebuntuan


(sumber gambar google.com)


Tanpa pikiran, kekuatan hanya besar saja
(Victor Hugo)

Akal menjadikan manusia itu mulia, Mahfudz Tejani mengatakan bahwa para ahli filsafat sepakat dengan "Al-insan hayawan natiq", Manusia adalah hewan yang berfikir, dari situ pasti kita sebagai manusia mampu menyimpulakan bahwasanya jika ada manusia yang berhenti atau menghentikan suatu aktifitas berfikirnya bisa dipastikan seseorang itu akan menjumpai masalah dalam dirinya, karena ia telah melawan apa yang menjadi hakikat dari hewan yang berfikir itu sendiri. Sesekali akan merasakan sebuah siksaan fikir,
‘’Bagaimana tidak’’ jika diibaratkan bahwa akal kita  seperti rambu – rambu lalulitas kemudian rambu rambu itu terhenti apakah yang akan terjadi? “tak lain pastilah kecelakaan lalu lintas”. Lalu apa yang harus dilakukan oleh seseorang supaya tidak masuk dalam kubangan kejumudan dan kebuntuan?
            Dalam diskusi rutin  Komisariat PMII Jogorekso yang dipantik oleh sahabat Pandu Dwi Handika bertepatan di kampus STAIA Syubbanul Wathon pada 02 Oktober 2019, ada hal – hal yang perlu di perhatikan dalam menjaga akal dari kejumudan dan kebuntuan.
Pertama membaca buku, sumber pengetahuan ini tidak mendadak muncul begitu saja di Zaman ini, melainkan sudah ada di masa – masa sebelumnya. Dengan membaca akal akan melakukan aktifitas berfikir, untuk menyimpulkan isi dalam bacaan tersebut.
Kedua melakukan dikusi, diskusi disini tidak harus serta merta formil, namun lebih menekankan aktifitasnya darisitulah aktifitas – aktifitas diskusi itu yang akan memnggerakkan akal kita untuk berfikir.
Ketiga review buku, mereview sebuah buku yang pernah kit abaca ternyata mampu untuk melatih ingatan kita, dalam mereview itu kita akan mengingat kembali kosakata – kosakata baru yang kita temukan dalam sebuah bacaan atau buku.
Keempat peka sosial,  pekasosial yang dimaksud disini kita hidup dalam lingkungan akademik, kepekaan social yang harus ditekankan adalah bagaimana kita mampu memposisikan diri kita sebagai mahasiswa  dalam menyandang agent of change apakah kita sebagai makhluk intelektual hanya akan, memandulkan begitu saja keintelektualan itu.
Masih ada banyak cara untuk menjaga akal kita dari kejumudan dan kebuntuan,yang saya paparkan dalam tulisan ini hanya segelintir saja untuk itu yang terpenting adalah istikomah dalam berdialektika, Sekian semoga bermanfaat.
Ilmu dan bakti kuberikan

#Salampergerakan

Oleh : Sofian Sauri (Wakil Ketua III PMII PK Jogorekso)
03 September 2019


0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
sofiansauriga. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers