Sempat ramai di dunia
maya mulai dari meme hingga status di sosial media mengenai kalimat aturan
lalulintas “Belok Kiri Jalan Terus” yang dipasang pada tepi jalan persimpangan
untuk tanda supaya para pengendara tidak berhenti di lampu lalulintas ketika
lampu merah menyala, lagi-lagi oknum yang berluah mengangkat isu tersebut,
seolah olah bahwa kata “kiri” langsung merujuk ke sebuah ideologi kiri,
ideologi kiri menjadi sasaran yang empuk untuk dikambing hitamkan, sebab di
Negara ini pernah terjadi peristiwa kelam, banjir darah dimana-mana, nyawa
melayang begitu saja, semua saling tuding-menuding.
ini salah kalian! ini
salah dia!
ini salah mereka! ini salah ini itu!
Masyarakat sipil,
aktivis, seniman, Tokoh Agama semua menjadi korban, tak pernah ada kejelasan
siapa yang akan bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, mereka yang dibalik
layar kaca bungkam dan tutup mata seolah- olah negeri ini aman tentram penuh
kedamaian seperti kerajaan-kerajaan sebelum mengalami arus balik yang
diceritakan oleh sastrawan indonesia penulis roman tertralogi Buru Pramoedya
Ananta Toer.
Belum lagi soal logo
Bank Indonesia yang terdapat pada lembaran uang kertas disebut sebagai lambang
partai komunis, yaitu palu dan sabit, semua dianggap sebagai implementasi dari
aliran kiri, lagi-lagi mencari kambing hitam yang empuk, apakah dengan
membesar-besarkan hal-hal semacam itu akan membuat persoalan yang ada dan dekat
dengan masyarakat akan terselesaikan? Jelas Tidak.
Jika kita flashback
pada masalalu pernah terjadi didunia seni, sebuah lagu yang berjudul Genjer-Genjer yang diciptakan oleh
seniman asal Banyuwangi, Jawa Timur (Muhammad Aarief), penciptanya pun tak
luput menjadi sasaran, nyawanya dihabisi gara-gara lagu itu dituding sebagai
lagu komunis atau ideologi kiri, apakah dizaman modern seperti ini masih mau
mengulang peristiwa kelam itu yang tidak pernah kita tahu siapa yang bertanggung
jawab atas peristiwa tersebut, reduksilah kefanatikan dan tendensius dalam diri
dengan melihat dari berbagai sudut pandang suatu hal atau peristiwa sebelum
menyimpulkan sesuatu.
Konyol jika kita berpihak dengan satu sudut pandang saja,
mengembar gemborkan suatu momok dalam diri, masih banyak persoalan di negara
ini yang masih harus dituntaskan satu per satu, seperti masalah Pendidikan,
Kenakalan remaja, Ekonomi Masyarakat menengah ke bawah, Literasi dan sebagainya
ketimbang mempersoalkan aturan lalulintas dan sebagainya yang terdapat kata
Kiri.
#esai #sosial
#esai #sosial
Oleh : Sofian Sauri
Ig : @sofiansauriga